LAPORAN
PRAKTIKUM BIOKIMIA
Oleh: Devriany Ananja Putri (11010015)
Dosen
Pengampu: Ir. Rosanna Christiningsih, MS.
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA
2012
1.1. BAGIAN PERTAMA
LAPORAN
PRAKTIKUM BIOKIMIA
ACARA
I
UJI
KUALITATIF KARBOHIDRAT
Dosen
Pengampu: Ir. Rosanna Christiningsih, MS.
Selasa,
30 Oktober 2012
PENDAHULUAN
A. TUJUAN
a. Dapat memahami apa itu karbohidrat dan kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari.
b. Identifikasi larutan
karbohidrat berdasarkan pembagian jenisnya.
c. Menganalisis sifat-sifat karbohidrat.
d. Memahami hubungan reaksi karbohidrat dengan stukturnya.
B. DASAR TEORI
Karbohidrat merupakan senyawa – senyawa aldehida atau keton yang
mempunyai gugus hidroksil. Senyawa – senyawa ini menyusun sebagian besar bahan
organic di dunia karena peran multipelnya pada semua bentuk kehidupan.
Karbohidrat bertindak sebagai sumber energi, bahan bakar, dan
zat antara metabolisme. Contoh : pati pada tumbuhan dan glikogen pada
hewan adalah polisakarida yang dapat dimobilisasi untuk menghasilkan glukosa
(bahan bakar utama untuk pembentukan energi). Gula ribosa dan deoksi ribosa
pembentuk sebagian kerangka struktur RNA dan DNA. Fleksibilitas cincin kedua
gula ini penting pada penyimpanan dan ekspresi informasi genetika.
Adapun berbagai macam karbohidrat yang terdapat dalam makanan diantaranya adalah amilum atau pati
dan sukrosa (gula tebu). Karbohidrat (glukosa) dibentuk dari karbondioksida dan
air dengan bantuan cahaya matahari dan klorofil dalam daun. Selanjutnya glukosa
yang dihasilkan diubah menjadi amilum dan disimpan pada buah atau umbi.
Reaksinya adalah:
6CO2 + H2O C6H12O6 + 602
Karbohidrat atau sakarida terdapat gugus hidroksil (-OH), gugus
aldehid atau gugus keton. Maka dapat didefinisikan bahwa karbohidrat sebagai
senyawa polihidroksi aldehida atau
polihidroksi keton, atau senyawa yang dihidrolisis dari keduanya.
Karbohidrat dapat digolongkan berdasarkan jumlah monomer penyusunnya. Ada 3
jenis karbohidrat berdasarkan
penggolongan ini, yaitu:
Ø Monosakarida
Ø Disakarida (Oligosakarida)
Ø Polisakarida
Monosakarida
Monosakarida merupakan senyawa
karbohidrat yang paling sederhana yang tidak dapat dihidrolisis lagi. Umumnya
senyawa ini adalah aldehid atau keton
yang mempunyai 2 atau lebih gugus hidroksil. Beberapa
molekul karbohidrat ada yang mengandung unsur nitrogen dan sulfur. Rumus
empiris karbohidrat adalah (CH2O)n. Jika gugus karbonil pada ujung rantai
monosakarida adalah turunan aldehid maka monosakarida ini disebut aldosa. Jika
gugus karbonil pada ujung rantai monosakarida adalah turunan keton maka
monosakarida ini disebut ketosa. Monosakarida yang paling kecil n = 3 adalah
gliseraldehid dan dihidroksiaseton.
Disakarida (Oligosakarida)
Disakarida merupakan karbohidrat yang
terbentuk dari 2 sampai 10 monosakarida. Yang termasuk kelompok ini adalah
disakarida, trisakarida, Dan seterusnya. Disakarida terdiri dari 2 monosakarida
yang terikat dengan O-Glikosidik. 3 senyawa disakarida utama yang penting dan
melimpah ruah di alam yaitu sukrosa, laktosa dan maltosa. Ketiga senyawa ini
memiliki rumus molekul yang sama (C12H22O11) tetapi struktur molekul berbeda.
Sukrosa atau gula pasir dibuat dari tetes
tebu. Sukrosa lebih manis dari glukosa, tetapi kurang manis dibandingkan dengan
fruktosa, sangat mudah larut dalam air. Gula ini dipakai untuk membuat sirup,
gula – gula dan pemanis makanan. Jika senyawa ini dihidrolisis akan dihasilkan
satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa.
Laktosa disebut gula susu karena terdapat
banyak dalam air susu. Biasanya diperoleh dari air susu. Gula ini merupakan
gula yang paling suka larut dalam air dan paling tidak manis. Enzim dalam
bakteri tertentu akan mengubah laktosa menjadi asam laktat, hal ini terjadi bila
susu berubah menjadi masam. Laktosa dipakai untuk membuat makanan bayi dan diet
spesial. Jika dihidrolisis akan dihasilkan 1 molekul glukosa dan 1 molekul
galaktosa.
Maltosa disebut sebagai gula mout, banyak
terdapat pada jelai yang sedang berkecambah. Senyawa ini merupakan hasil
hidrolisis parsial dari pati. Dibandingkan dngan sukrosa zat ini lebih sukar
larut dan kurang manis. Senyawa ini dipergunakan untuk penyusun makanan bayi,
susu bubuk, dan bahan makanan lainnya. Jika dihidrolisis akan dihasilkan 2
molekul glukosa.
Polisakarida
Polisakarida tersusun oleh monosakarida
yang tergabung dengan ikatan glukosida. Pati merupakan salah satu contoh
polisakarida yang tersusun oleh glukosa. Dipandang dari strukturnya, butir
–butir pati terdiri atas 2 bagian yaitu : Bagian amilosa yang merupakan rantai
lurus polimer glukosa, dan bagian amilopektin yang terdiri atas rantai
bercabang polimer glukosa jika dihidrolisis sempurna akan dihasilkan molekul –
molekul glukosa.
Identifikasi monosakarida dilakukan
berdasarkan sifat kemampuannya mereduksi, yang dilakukan menggunakan uji
Benedict. Uji Molicsch dipergunakan untuk mengenal karbohidrat yang mudah
mengalami dehidrasi membentuk furfural maupun dihidrosifurfural yang lebih
lanjut berkondensasi dengan resorsinol, orsinol ataupun -naftol. Reagen
Seliwanof dipergunakan untuk mengenal adanya karbohidrat yang mengandung gugus
fungsional aldehid seperti fruktosa dan sukrosa. Pereaksi barfoed digunakan
secara umum untuk mengenal adanya monosakarida. Uji Iodin secara khusus
dipergunakan untuk mengidentifikasi adanya polisakarida amilum.
C. ALAT DAN BAHAN
Bahan
:
-
Larutan yang belum diketahui sifatnya,
disebut Larutan A, B, C, dan D.
-
Larutan 5 % alfanafsol.
-
Alcohol.
-
Asam sulfat (H2SO4).
-
Asam clorida (HCl).
-
Larutan Benedict.
-
Larutan Barfoed.
-
Larutan resolnisol.
-
Larutan Jod
Alat
:
-
Tabung reaksi.
-
Pipet ukur.
-
Drop pipet.
-
Penjepit.
-
Penangas air.
-
Cawan porselin.
D. CARA KERJA
Menguji semua larutan/bahan dengan:
1. Uji
molisch
2. Uji
benedict
3. Uji
barfoed
4. Uji
yodium
Percobaan
1 : Uji
Molisch
a.
Menyiapkan 4 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan
larutan A, B, C, dan D.
b.
Menambahkan kedalam masing-masing
tabung reaksi setetes larutan 5% alfanafsol dalam alcohol, kemudian digojog
pelan-pelan.
c.
Menuangkan 3 ml H2SO4 melalui
dinding tabung reaksi masing-masing dengan hati-hati, dan menggojog atau
menggoyangkannya.
d.
Mengamati apakah terbentuk cincin.
Percobaan
2 : Uji
Benedict
Menyiapkan tabung reaksi masing-masing diisi dengan larutan
benedict sebanyak 3 ml.
a.
Kemudian menambahkan masing-masing
larutan A, B, C dan D.
b.
Memanaskan dalam air mendidih selama 10
menit.
Percobaan
3 : Uji
Barfoed
a.
Menyiapkan 4 tabung yang sudah bersih.
b.
Menambahkan kedalam tabung-tabung
tersebut sebagai berikut:
1. + 5
ml larutan Barfoed + 5 ml larutan A.
2. + 5
ml larutan Barfoed + 5 ml larutan B
3. + 5
ml larutan Barfoed + 5 ml larutan C
4. + 5
ml larutan Barfoed + 5 ml larutan D
c.
Memanaskan 4 tabung tersebut
bersama-sama dalam penangas air mendidih selama 30 menit.
d.
Membandingkan kecepatan mereduksi satu
terhadap yang lain.
Percobaan
5 : Uji
Jod
a.
Meneteskan larutan A, B, C, dan D pada cawan porselin kering.
b.
Menambahkan larutan Jod (0,005 N Jod
dalam 3% KJ).
c.
Mengaduk dan mengamati perubahan warna yang terjadi.
DATA
PENGAMATAN
Lampiran 1. 1.
PEMBAHASAN
1) Uji Molish
Uji molish adalah reaksi
yang paling umum untuk mengidentifikasi adanya
karbohidrat. Pada percobaan ini asam sulfat pekat menghidrolisis ikatan
glikosidik (ikatan yang menghubungkan monosakarida satu dengan monosakarida
yang lain) menghasilkan monosakarida yang selanjutnya didehidrasi menjadi
fultural dan turunannya.
Pada percobaan uji molish dengan menguji keempat larutan karbohidrat yang telah
ditetesi dengan pereaksi molish selanjutnya dihidrolisis dengan asam sulfat
pekat (H2SO4) maka terjadi pemutusan ikatan glikosidik dari rantai
karbohidrat polisakarida menjadi disakarida dan monosakarida. Hasil dari uji
molish antara lain :
-
Pada larutan A setelah ditambahkan Alfanafsol kemudian
digojog dan ditambahkan H2SO4 terjadi perubahan warna
pada larutan dan terbentuk lapisan-lapisan warna yaitu coklat 2+, ungu 2+, bening, putih.
-
Pada larutan B setelah ditambahkan Alfanafsol dan H2SO4
terjadi perubahan warna pada larutan dan terbentuk lapisan-lapisan warna
yaitu coklat 4+, orange.
-
Pada larutan C setelah ditambahkan Alfanafsol, digojog
dan ditambahkan H2SO4 terjadi perubahan warna pada
larutan dan terbentuk lapisan-lapisan warna yaitu ungu 2+, ungu 4+, kuning.
-
Pada larutan D setelah ditambahkan Alfanafsol kemudian
digojog dan ditambahkan H2SO4 terjadi perubahan warna
pada larutan dan terbentuk lapisan-lapisan warna yaitu coklat, jernih, ungu, gumpalan krem.
Larutan yang bereaksi
positif akan memberikan cincin yang berwarna ungu ketika direaksikan dengan
alfa-naftol dan asam sulfat pekat. Diperkirakan, konsentrasi asam sulfat pekat
bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk membentuk
furfural dan turunannya yang kemudian dikombinasikan dengan alfa-naftol untuk
membentuk produk berwarna. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi
dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa. Dimana pereaksi molish
membentuk cincin berwarna ungu pada larutan glukosa, fruktosa, laktosa,
sukrosa, dekstrin dan amilum. Cincin ungu pada glukosa dan fruktosa lebih
banyak karena merupakan monosakarida. Sedangkan amilum adalah polisakarida yang
harus dihidrolisis menjadi monosakarida terlebih dahulu sebelum terdehidrasi
menjadi furfural. Berdasarkan prinsip percobaan dengan uji molish, hasilnya
(fulfural) mengalami sulfonasi dengan alfa naftol dan memberikan senyawa
berwarna ungu kompleks. Tetapi hal ini tidak terbukti dari larutan yang telah
kami uji, karena larutan yang kami uji tidak mengandund warna ungu komplek,
yaitu pada larutan A, B, C, dan D setelah ditambahkan Alfanafsol kemudian digojog
dan ditambahkan H2SO4 maka semua larutan mengalami
perubahan warna dan terbentuk lapisan-lapisan warna dengan urutan coklat, ungu. Pada semua larutan
tidak muncul cincin warna
ungu. Hal ini
menunjukkan bahwa larutan tersebut tidak mempunyai kandungan karbohidrat. Hal
ini karena tidak
terjadinya kondensasi antara furtural alfanafsol.
2) Uji Benedict
Uji benedict bertujuan
untuk mengidentifikasi gula pereduksi. Pada percobaan ini dengan menguji larutan
karbohidrat kedalam 2 ml larutan
benedict yang berada dalam tabung reaksi. Dimana dari keempat larutan
karbohidrat ditambahkan larutan benedict, larutan karbohidrat yang bereaksi
adalah larutan A, B, C, dan D. Reaksi yang diberikan oleh ke-4 larutan karbohidrat
tersebut berupa hasil warna antara lain :
-
Setelah larutan benedict ditambahkan larutan A dan
dipanaskan selama 10 menit terjadi perubahan warna menjadi kuning dengan endapan berwarna kuning.
-
Setelah larutan benedict ditambahkan larutan B dan
dipanaskan selama 10 menit terjadi perubahan warna menjadi orange, dengan endapan endapan berwarna
putih .
-
Setelah larutan benedict ditambahkan larutan C dan
dipanaskan selama 10 menit terjadi perubahan warna menjadi jingga dengan endapan berwarna putih.
-
Setelah larutan benedict ditambahkan larutan D dan
dipanaskan selama 10 menit terjadi perubahan warna menjadi orange, kuning, dan coklat 4+.
Penyebab terjadinya endapan
pada larutan A, B, dan C yang di uji menunjukan adanya sifat mereduksi. Hal ini
disebabkan oleh adanya gugus aldehid (glukosa) atau keton (fruktosa) bebas
dalam molekul karbohidrat yang diuji tersebut. Dalam asam polisakarida atau
disakarida akan terhidrolisis pasial menjadi sebagian kecil monomernya. Hal
inilah yang dijadikan dasar untuk membedakan polisakarida, disakarida, dan
monosakarida.
3) Uji Barfoed
Uji barfoed bertujuan untuk memisahkan antara monosakarida dan
disakarida. Pereaksi barfoed bersifat asam lemah dan hanya direduksi oleh
monosakarida. Pemanasan yang lama menghidrolisis disakarida sehingga bereaksi
positif. Dari uji barfoed dihasilkan reaksi dengan warna, antara lain :
-
Campuran larutan
Barfoed dengan larutan A yang panaskan selama 30 menit akan mengalami perubahan
warna menjadi biru dengan endapannya yang berwarna hijau dan coklat.
-
Campuran larutan
Barfoed dengan larutan B yang panaskan selama 30 menit akan mengalami perubahan
warna menjadi biru dengan endapannya berwarna biru, coklat dan putih.
-
Campuran larutan
Barfoed dengan larutan C yang panaskan selama 30 menit akan mengalami perubahan
warna menjadi biru dengan endapannya berwarna hijau dan terbentuk cicncin
berwarna biru.
-
Campuran larutan
Barfoed dengan larutan D yang panaskan selama 30 menit akan mengalami perubahan
warna menjadi biru dengan endapan bewarna ungu dan gumpalan berwarna ungu dan
abu-abu.
Pereaksi barfoed merupakan
pereaksi yang bersifat asam lemah dan hanya dapat direduksi oleh monosakarida
dan disakarida meskipun terdapat perbedaan kecepatan mereduksi diantara keduannya.
Glukosa dan fruktosa adalah monosakarida. Sehingga hanya kedua larutan
karbohidrat tersebut yang memberikan reaksi (endapan merah bata). Artinya hanya
kedua larutan tersebut yang ada sifat mereduksi. Sementara amilum dan dekstrin
termasuk dalam polisakarida dimana pada amilum dan dekstrin tersebut tidak
terjadi endapan karena tidak adannya sifat mereduksi pada kedua larutan
karbohidrat tersebut.Disakarida (sukrosa dan laktosa) sebenarnya dapat
bereaksi. Dimana disakarida tersebut akan dapat dihidrolisis sehingga bereaksi
positif tetapi hal tersebut hanya dapat terjadi dengan pemanasan yang lebih
lama. Sedangkan pada praktikum kami dengan percobaan tes barfoed kedua jenis
disakarida(sukrosa dan laktosa) tersebut tidak bereaksi. Hal ini disebabkan pemanasan
pada kedua larutan disakarida kurang lama. Jika kedua disakarida tersebut lebih
lama pemanasannya, maka kedua larutan disakarida tersebut juga akan dapat
bereaksi. Dengan kata lain, untuk membedakan monosakarida, disakarida,
polisakarida tergantung berapa lama pemanasan.Setelah dilakukan pemanasan semua
bahan tidak bereaksi secara bersamaan. Artinya hal ini disebabkan karena
monosakarida dapat mereduksi lebih cepat daripada disakarida dan polisakrida.
Hal ini yang kemudian menunjukkan bahwa pereaksi barfoed digunakan untuk
membedakan antara monosakarida, disakarida dan polisakarida.
Dimana yang cepat mereduksi
atau bereaksi adalah monosakarida. Sementara yang membutuhkan waktu lama dalam
pemanasannya sampai bisa bereaksi adalah disakarida.
Perubahan
warna yang terjadi dan perbedaan kepekatan warna terjadi dikarenakan
sakarida yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas, mempunyai sifat
mereduksi. Sifat ini dapat diketahui jika kedalam larutan di tambahkan larutan
barfoed kemudian dipanaskan akan terbentuk endapan Cu2O yang
berwarna merah bata. Karena pada uji larutan A, B, C dan D tidak
terbentukendapan merah batamaka hal ini berarti semua larutan tersebut tidak
mengandung karbohidrat.
4) Uji Iodium
Percobaan uji iodium ini bertujuan untuk memisahkan antara
polisakarida, monosakarida dan disakarida. Iodium memberikan warna kompleks
dengan polisakarida. Amilum memberikan warna biru pada iodium, sedangkan
glikogen dan tepung yang sudah dihidrolisis sebagian (eritrodekstrin)
memberikan warna merah sampai coklat dengan iodium.
Pada percobaan yang telah
dilakukan, empat larutan yang diujikan menghasilkan warna iodium yaitu bening,
orange, kuning, kuning dan gumpalan coklat. Berbeda dengan teori, justru amilum
tidak memberikan warna biru, hal ini dikarenakan larutan amilum yang akan
diujikan tidak diaduk terlebih dahulu, akibatnya larutan amilum mengendap
sehingga tidak menghasilkan warna seharusnya.
Untuk uji Jod
terjadi juga perubahan warna berpasangan yaitu antar larutan C
dan larutan D memiliki warna yang sama yaitu kuning. Ini
terjadi karena diyodin dapat diabsorbsi oleh polisakarida hingga terjadi
pewarnaan, dengan amilum akan memberi warna biru. Ini berarti semua larutan
tidak mengandung karbohidrat.
PENUTUP
E. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa :
Pada
percobaan 1 atau uji molis larutan A, B, C, dan D tidak mengandung karbohidrat
dari jenis monosakarida karena pada larutan A, B, C dan D tidak terbentuk
cincin warna ungu. Hal ini karena H2SO4 pekat tidak
menghidrolisis ikatan glikosida karbohidrat menjadi monosakarida, selanjutnya
juga tidak mengalami dehidrasi membentuk furfural dan derivatnya. Setelah
senyawa ini ditambahkan alfanaptol ternyata tidak menjadi zat yang berwarna
ungu.
Pada
percobaan 2 atau uji benedict dapat diketahui bahwa larutan A, B, C dan D tidak
mengandung karbohidrat karena pada uji benedict larutan yang mengandung
karbohidrat akan berubah warna menjadi merah bata setelah ditambahkan larutan
benedict dan dipanaskan. Sedangkan pada percobaan yang dilakukan perubahan
warna yang terjadi larutan A menjadi kuning, larutan B berwarna orange, larutan
C menjadi jingga, dan larutan D menjadi orange.
Pada
percobaan 3 atau uji barfoed larutan A, B, C, dan D juga tidak mengandung
karbohidrat karena seperti pada uji benedict larutan yang mengandung
karbohidrat akan berubah warna menjadi merah bata setelah ditambahkan larutan
barfoed dan dipanaskan. Sedangkan pada percobaan yang dilakukan semua larutan
berubah warna menjadi biru ( mayoritas ).
Pada
uji Jod larutan A, B, C, dan D tidak mengandung karbohidrat karena pada uji Jod
larutan yang mengandung karbohidrat akan berubah warna menjadi biru setelah
ditambahkan larutan Jod. Sedangkan warna pada larutan A menjadi bening, larutan
B menjadi orange, dan larutan C dan D menjadi kuning.
Karbohidrat penting peranannya dalam kehidupan, selain sebagai
sumber tenaga, karbohidrat memiliki fungsi sebagai pusat metabolisme,
struktural dan penyangga.
a)
Berdasarkan hasil
percobaan, karbohidrat dapat diidentifikasi berdasarkan sifat-sifatnya menurut
pembagian jenisnya, yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida.
b)
Antara larutan karbohidrat
satu dengan yang lain memiliki sifat-sifat khusus tersendiri, missal hanya
monosakarida dan beberapa oligosakarida yang dapat mereduksi gula.
F. DAFTAR PUSTAKA
-
Christiningsih MS, Ir. Rosanna. 2011. PETUNJUK PRAKTIKUM BIOKIMIA, Fakultas
Pertanian UST, Yogyakarta.
-
Martoharsono, Ir. Soeharsono dan Drs. Mulyono
Apt.1978. Petunjuk Praktika Biokimia, team pengelola kuliah dan praktika
biokimia universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
1.2. BAGIAN KEDUA
LAPORAN
PRAKTIKUM BIOKIMIA
ACARA
II
UJI
KUALITATIF PROTEIN
Dosen
Pengampu: Ir. Rosanna Christiningsih, MS.
Selasa, 06 November 2012
PENDAHULUAN
A. TUJUAN
Untuk mengetahui keberadaan kandungan protein pada suatu
larutan.
B. DASAR TEORI
Lebih dari 50% berat kering senyawa
organic total yang terdapat dalam sel adalah protein. Ditinjau dari segi
struktur sel dan fungsinya, maka senyawa ini amatlah fundamental ( proteos,
kata Yunani berarti yang terutama ). Jenis macam protein yang terdapat dalam
jasad hidup mempunyai fungsi khusus. Ada yang berfungsi sebagai enzima, hormone
dan penyusun jaringan tubuh.
Protein yang murni hanya tersusun
dari asam amino saja, satu senyawa organic dengan berat molekul rendah.
Asam-asam ini ikat mengikat secara kovalen menjadi peptide. Oleh karena itulah
maka protein juga dinamakan polipeptida.
Cara mengklasifikasikan protein
didasarkan atas beberapa hal antara lain ialah :
a.
Funsi biologic
b.
Kelarutan
c.
Konformasi
I.
Klasifikasi atas dasar funsi bologik
Golongan dan contoh
|
Lokasi dan sumber
|
1.
Enzima
Heksokinase
Dehydrogenase
Laktat
Sitokhrom
C
Polymerase
DNA
|
Fosforilasi glukosa
Dehidrogenasi laktosa
Transfer electron
Replikasi dan perbaikan DNA
|
2. Protein cadangan
Ovalbumin
Kasein
Ferritin
Gliadin
Zein
|
Protein putih telur
Protein susu
Cadangan Fe dalam spleen
Protein biji dalam gandum
Protein biji dalam jagung
|
3. Protein transport
Hemoglobin
Hemosianin
Myoglobin
B1-lipoprotein
Globulin
pengikat Fe
Keruplasmin
|
Transport O2 dalam darah vertebrata
Transport O2 dalam darah invertebrate
Transport O2 dalam sel otot
Transport asam lemak dalam darah
Transport Fe dalam darah
Transport Cu dalam darah
|
4. Protein kontraktil
Myosin
Aktin
Dinein
|
Filament tebal dalam myofibril
Filament tipis dalam myofibril
Dalam cilia dan flagella
|
5. Protein protekti dalam
darah vertebrata
Antibody
Komlemen
Fibrinogen
Thrombin
|
Membentuk kompleks dengan protei asing
Kompleks dengan beberapa system antige-antibodi
Precursor fibrin dalam penggumpalan darah
Kompone pada mekanisme penggumpalan darah
|
6. Toksin
Racun
clostridium botulinum
Racun
difteria
Racun ular
Risin
Gossipin
|
Penyebab keracunan pada bahan makanan
Toksin bakteri
Enzima yang menghidrolisis fosfogliserida ( dan
nukleutida )
Protein toksik pada biji jarak
Protein toksik pada biji kapas
|
7. Hormone
Insulin
Hormone adrenokortikotropik
Hormone
tumbuh
8. Protein strukturil
Protein
pelindung pada virus
Glikopprotein
a-keratin
sklerotin
fibroin
kolagen
elastin
mukoprotein
|
Mengatur metabolisme glukosa
Mengatur sintesa kortikosteroid
Memacu pertumbuhan kacang-kacangan
Pita tipis asam nukleat
Lapis pelindung dan dinding
pada sel
Protein pada kuit, kuku,
buku dan lain-lain
Kerangka luar pada insekta
Protein dan kokon (rumah
ulat kepompong)
Jaringan
pengikat berserat
Jaringan
pengikat bersifat elastis
Sekresi
mukoid berupa cairan
|
Nama
|
Pereaksi
|
Asam /
gugus
|
Warna
|
Biuret
|
Ninhidrin
Tembaga
sulfat dalam larutan alkali
|
NH2-CHR-COOH
NH2-CO
|
Ungu
Ungu
|
Millon
|
HgNO3
dalam asam nitrat dan sedikit asam nitrit
|
Tirosin
|
Merah
|
Xantoprotein
|
Asam
nitrat pekat mendidih
|
Tir,tri,…phetriptotan
|
Kuning
|
Hopkins-cole
|
Asam
glioksilat dalam H2SO4 pekat
|
Triptofan
|
Ungu
|
Ehrlich
|
p-dimetilamino
benzaldehida dalam HCl kuat
|
Triptofan
|
Biru
|
Sakaguchi
|
Na-nitroprusida
dalam NH3 encer
|
Arginin
|
Merah
|
Nitroprosida
|
Na
1,2naftokinon-4-sulfonat dan Na-hidrosulfit diazotasi
|
Sistein
|
Merah
|
Sulivan
|
Asam sulfanilat
dalam larutan alkali
|
Sistein
|
Merah
|
Pauly
|
Asam
fosfomolibdotungstat
|
tirosin
|
Merah
|
Folin-ciocalteau
|
|
|
Biru
|
Jenis
|
Kerangka dasar
|
Kompleks
-
Asigliserol
-
Fosfogliserida
-
Sfingolipid
-
Lilin
Sederhana
-
Terpena
-
Seroida
-
prostaglandin
|
Gliserol
Gliserol-3-fosfat
Sfingosin
Alcohol non polar dengan BM tinggi
|
Dari table diatas dapat dikatakan bahwa protein adalah senyawa
multi fungsionil. Diantara golongan-golaongan protein tersebut diatas, enzimlah
yang paling besar jumlahnya yaitu sekitar 2000 jenis.
II.
Klasifikasi didasarkan atas kelarutan
Atas dasar kelarutannya dalam berbagai zat pelarut, protein
dapat digolongkan menjadi :
1.
Albumin
2.
Globulin
3.
Prolamin
4.
Glutelin
III.
Klasifikasi atas dasar konformasi
Yang dimaksud dengan konformasi ialah bentuk tiga dimensi
khusus yang dipunyai oleh tiap jenis molekul protein alami. Atas dasar bentuk alami
inilah maka protein dibagi menjadi :
1. Protein
benang serat ( fibronus )
2. Protein
globular
Protein serat terdiri dari rantai-rantai polipeptida yang
teratur parallel sepanjang sumbu tunggal, menghasilkan benangpanjang atau pita.
Protein globural terdiri dari rantai polipeptida yang melipat
lipat dan membentuk gumpalan yang mampat. Golongan protein ini kebanyakan larut
dalam pelarut berair. Pada ummnya enzim, antibody, hormone, serum, albumin dan
hemoglobin tergolong daam protein globural. Sebagai contoh ialah myosin, yamg
terdapat dalam jaringan otot, fibrinogen, terdapat dalam darah.
Reaksi dan sifat umum protein dan asam amino :
1.
Amfolit
2.
Koagulasi dan
3.
denaturasi
Koagulasi sering disebut juga dengan penggumpalan. Seperti
putih telur (bagian putih telur) dituangkan ke dalam air mendidih maka masa
yangmula-mula berupa larutan tidak berwarna, akan berubah menjadi padatan
putih.
Perubahan fisik yang terjadidapat dipandang sebagai akibat
daripada perubahan struktur tersier protein yang telah lanjut, sehingga
menyimpang dari bentuk alamiahnya. Penyimpangan ini disebut dengan denaturasi.
Koagulasi adalah salah satu akibat daripada proses denaturasi. Sedangkan
denaturasi tidak perlu diikutioleh proses koagulasi. Selain olehh panas maka
perubahan pH larutan protein akan menyebabkan protein tadi bias mengalami
denaturasi dan selanjutnya menggumpal.
4.
Pembentukan warna
Table 1. 2 : Reaksi warna pada protein
5.
Hidrolisis rantai polipeptida
Ikatan peptide yang ada padaprotein dapat dihidrolisis dengan
bantuan asam dalam keadaan panas, basa, atau enzim. Yang sering digunakan
sebagai asam adalah HCl.sebelum protein dihidrolisis sempurana maka
sekurang-kurangnya terdapat tiga tahap pemecahan. Hasl masing-masing tahap
ialah metaprotein, proteosa, dan pepton, peptide sederhana.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
-
Tabung
reaksi.
-
Drop
pipet.
-
Pipet
ukur.
-
Penjepit.
-
Erlenmeyer.
-
Corong.
-
Kain
saring.
-
Penangas
air.
Bahan
-
Larutan
protein (misalnya bagian putih dari telur
-
Larutan
HCl.
-
Larutan
NaOH.
-
Aquadest.
-
Larutan
ZnSO4 encer.
-
Larutan
CuSO4 1%.
-
Kasein
2%.
-
Glysin.
-
Ninhidrin
0,2%.
-
Larutan
HNO3.
-
Gandum.
-
Tepung
kedelai.
-
Tepung
beras.
D. CARA
KERJA
A. Percobaan
1 : Denaturasi panas dan pH yang ekstrim
1.
Menyiapkan
3 tabung reaksi yang sudah bersih.
2.
Mengisi
masing-masing dengan 5 ml larutan protein (misalnya bagian putih dari telur).
3.
Kemudian
mengisi masing-masing tabung dengan :
Tabung 1 ditambah 0,5 ml HCl 1N
Tabung 2 ditambah 0,2 ml NaOH 1N
Tabung 3 ditambah 0,5 ml aquades
4.
Memasukkan
semua tabung dalam penangas air mendidih selama 10 menit dan mencatat mana yang
menggumpal paling awal dan yang paling akhir.
5.
Mendinginkan
dan menetralkan tabung 1 dan 2 dengan asam atau basa encer.
6.
Mencatat
perubahan yang terjadi.
G. Percobaan
2 : Presipitasi dengan logam berat
1.
Menambah
kedalam 2 ml larutan encer protein setetes demi setetes larutan ZnSO4
encer. Kemudian mencatat perubahan warna yang terjadi.
2.
Menambahkan
pereaksi tersebut sehingga berlebihan.
3.
Mencatat
apa yang terjadi.
H. Percobaan
3 : Reaksi Biuret
1.
Memasukkan
2 ml larutan protein ke dalam tabung reaksi, dan menambahkan 2 ml NaOH 10%.
2.
Menambahkan
beberapa tetes (5 tetes) larutan CuSO4 1%.
3.
Mencampur
dengan baik dan mengamati warna yang terjadi.
4.
mengulangi
percobaan tersebut satu kali sebagai kontrol.
I. Percobaan
4 : Reaksi Ninhidrin
Menyiapkan
2 buah tabung reaksi yang sudah bersih.
1.
Memasukkan
masing-masing 1 ml kasein 2% dan 1ml 0,1 glysin kedalamnya.
2.
Menambahkan
5 tetes ninhidrin 0,2%.
3.
mencampurkan
baik-baik dan mendidihkannya selama 2 menit.
4.
mencatat
peristiwa yang terjadi.
J. Percobaan
5 : Reaksi Xantoprotein
1.
Menambahkan
2 ml larutan putih telur dan 2 ml larutan HNO3 pekat, dan memanaskan
larutan tersebut.
2.
mencatat
peristiwa yang terjadi.
Percobaan 6 : Reaksi Millon
1. menambahkan 4 ml larutan putih telur dan
beberapa tetes pereaksi millon ( 1 bagian berat Hg dan 2 bagian berat HNO3).
Memanaskannya hingga mendidih. Reaksi positif untuk molekul yang mengandung
gugus hidroksil-fenil seeperti tyroksin.
2. Mengamati perubahan yangterjadi.
Percobaan 7 : Pengujian protein dari suatu
bahan
1.
Menyiapkan
3 macam bahan (gandum, tepung kedelai, tepung beras)
2.
Mengambil
masing-masing kurang lebih 1 sendok makan, dan menambahkan air sebanyak 100 ml
dalam erlenmeyer kemudian memanaskannya dalam penangas air 600C
selama 10 menit kemudian menyaring larutan tersebut dengan kain saring.
3.
Menguji
filtrat yang telah diperoleh dengan pereaksi ninhidrin, dan mencatat warna yang
terjadi.
DATA
PENGAMATAN
Lampiran 1.2.
PEMBAHASAN
Percobaan 1 : Denaturasi
panas dan pH yang ekstrim
-
Pada
larutan protein tabung 1 setelah ditambahkan HCl dan dipanaskan selama 10 menit
warna larutan menjadi putih. Kemudian ditambahkan basa (e) agar netral, warna
larutan berubah lagi menjadi jernih dan terdapat gumpalan keruh. Larutan ini
palingcepat menggumpal, yaitu hanya membutuhkan waktu ( 3 : 27 ).
-
Pada
larutan protein tabung 2 setelah ditambahkan HCl dan dipanaskan selama 10 menit
warna larutan menjadi jernih. Kemudian ditambahkan asam (e) agar netral, warna
larutan berubah lagi menjadi jernih 1+.
-
Pada
larutan protein tabung 3 setelah ditambahkan aquades dan dipanaskan selama 10
menit warna larutan menjadi keruh.
Denaturasi protein adalah suatu peristiwa yang terjadi
akibat perubahan struktur protein yang lebih kompleks. Larutan protein yang dipanaskan dengan
asam klorida (HCl 1 N) akan menghasilkan asam amino bebas (protein mengalami
hidrolisis). Selain itu, larutan protein yang dipanaskan akan berubah warna dan
mengalami koagulasi (penggumpalan). Setelah didinginkan, protein yang
terkoagulasi ini tidak dapat larut kembali. Larutan pada tabung 1 yang ditambah
dengan HCl terdapat gumpalan sedangkan larutan yang ditambah NaOH dan aquadest
tidak. Pada tabung 1 pH larutan tidak netral (asam) dan menjadi netral setelah
ditambahkan beberapa tetes NaOH 1 N. Larutan pada tabung 2 yang ditambah basa
NaOH pH-nya tidak netral dan dapat menjadi netral setelah ditambahkan beberapa
tetes HCl 1 N. Larutan pada tabung 3 yang ditambah aquadest tidak menunjukkan
adanya gumpalan. Hal ini disebabkan aquadest tidak mampu menghidrolisis protein
menjadi asam amino bebas.
Percobaan
2 : Presipitasi dengan logam berat
Larutan protein yang ditambahkan ZnSO4
berubah warna menjadi putih. Kemudian setelah ditambahkan ZnSO4 secara
berlebih waran larutan menjadi putih kental. Karena tidak terdapat gumpalan
putih maka larutan ini tidak terbentuk garam protein-logam yang tidak larut (Gumpalan
putih yang muncul adalah garam protein-logam).
Percobaan
3 : Reaksi Biuret
Tes
biuret merupakan salah satu tes uji protein, bekerja pada suasana basa,
dan akan memberikan perubahan warna pada larutan yang diuji menjadi berwarna
violet/ungu dengan CuSO4 , karena terbentuk kimpleks Cu2+
dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai peptida dalam suasana basa. 2 ml larutan protein setelah ditambahkan
NaOH dan CuSO4 kemudian digojog warna larutan menjadi jernih dengan
warna ungu dibagian atasnya dan terjadi cincin berwarna ungudi bagian tengah
larutan. Prinsip dari metode biuret adalah ikatan peptida dapat
membentuk senyawa berwarna ungu. warna ungu ini disebabkan terbentuknya kompleks Cu2+
dengan protein pada gugus asilnya.
Di sini, uji terhadap larutan protein positif.
Percobaan
4 : Reaksi Ninhidrin
-
Pada
larutan kasein yang ditambahkan ninhidrin dan dipanaskan selama 2 menit tidak
terjadi perubahan warna dan terjadi endapan keruh.
-
Pada larutan glisyn yang ditambahkan ninhidrin
dan dipanaskan selama 2 menit tidak terjadi perubahan warna. Warna larutan
tetap seperti pada awal yaitu jernih.
Warna kedua
larutan tidak mengalami perubahan sehingga pada kasein dan glysin tidak
diperoleh indikasi terbentuk atau adanya asam amino bebas. Karena reaksi dengan
ninhidrin akan menimbulkan warna jernih sampai membentuk warna merah muda. Uji
terhadap kasein dan glysin negative karena perubahan warna tidak sesuai dengan
teori.
Percobaan
5 : Reaksi Xanto Protein
Larutan
protein yang ditambahkan HNO3 kemudian dipanaskan mengalami
perubahan warna menjadi jernih dan terdapat gumpalan kuning dibagian atas. Hal
ini disebabkan oleh uji xanto protein merupakan uji kualitatif pada protein
yang digunakan untuk menunjukkan adanya gugus benzena (cincin fenil). Reaksi
positif jika pada uji xanto protein munculnya gumpalan atau cincin warna
kuning. Pada uji ini, digunakan larutan HNO3 yang berfungsi untuk
memecah protein menjadi gugus benzena.
Percobaan
6 : Reaksi Millon
4 ml larutan protein yang ditambahkan
pereaksi millon dan dipanaskan sampai mendidih maka akan terjadi perubahan
warna menjadi coklat. Karena prinsip dari
uji millon adalah pembentukan garam merkuridari tirosin yang ternitrasi . Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada gugus R-nya, yang akan membentuk garam
merkuri dengan pereaksi millon. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah
menjadi merah oleh pemanasan. Dari uji tersebut diketahui bahwa, uji terhadap larutan protein negatif
walaupun secara teori tidak. Alasan yang mungkin untuk hal ini adalah kesalahan
praktikan dalam bekerja.
Percobaan
7 : Pengujian protein dari suatu bahan
-
Larutan
gandum setelah dipanaskan dan ditambahkan pereaksi ninhidrin berwarna keruh +.
-
Larutan
tepung kedelai setelah dipanaskan dan ditambahkan pereaksi ninhidrin berwarna
keruh 2+.
-
Larutan
tepung beras setelah dipanaskan dan ditambahkan pereaksi ninhidrin berwarna
putih 1-.
Hasil yang diperoleh dari percobaan
tersebut setelah semua larutan disaring
dan ditetesi larutan ninhidrin. Tidak terjadi perubahan warna yang signifikan. Perubahan warna hanya pada tepung kedelai
dari kuning menjadi keruh. Hal ini
terjadi kurang tepatnya dalam proses penyaringan,dan konsentrasi larutan yang
diuji kurang encer.
PENUTUP
K. KESIMPULAN
Dari beberapa percobaan yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa uji protein dapat dilakukan dengan cara
denaturasi protein, presipitasi dengan logam berat, uji biuret, uji millon, dan
uji xantoprotein. Pada percobaan denaturasi protein, tabung 1 menunjukkan
adanya protein dengan terbentuknya gumpalan putih/keruh dan pada percobaan
presipitasi tidak menunjukkan adanya protein karena tidak terbentuknya
gumpalan putih yang merupakan garam protein-logam. Uji xanto protein menunjukkan adanya
kandungan protein pada larutan karena larutan mengalami perubahan warna menjadi
kuning dan terbentuk gumpalan dibagian
atas. Untuk uji biuret dan uji millon terhadap larutan protein negatif walaupun secara teori tidak.
Alasan yang mungkin untuk hal ini adalah kurang ketelitian praktikan dalam
bekerja.
Uji ninhidrin pada kasein dan glysin
menunjukkan hasil negative ini berarti pada kasein dan glysin tidak terdapat
kandungan protein. Pada pengujian protein dari suatu bahan diketahui bahwa
hanya tepung kedelai yang terdapat kandungan protein, karena hanya filtrat dari
tepung kedelai yang mengalami perubahan warna. Bisa saja tepung beras dan
gandum mengandung protein hanya saja pada percobaan ini tidak terbukti karena kurang tepatnya dalam proses penyaringan,dan
konsentrasi larutan yang diuji kurang encer.
L. DAFTAR PUSTAKA
-
Christiningsih MS, Ir. Rosanna. 2011. PETUNJUK PRAKTIKUM BIOKIMIA, Fakultas Pertanian
UST, Yogyakarta.
-
Martoharsono, Ir. Soeharsono dan Drs. Mulyono
Apt.1978. Petunjuk Praktika Biokimia, team pengelola kuliah dan praktika
biokimia universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
1.3.
Bagian ketiga
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
ACARA III
UJI KUALITATIF LIPIDA
Dosen Pengampu: Ir. Rosanna
Christiningsih, MS.
Selasa, 27 November
2012
PENDAHULUAN
A.
TUJUAN
Untuk mengetahui macam-macam asam lemak yang menyusun lipida
pada suatu jenis minyak.
B. DASAR TEORI
Lipida adalah
biomolekul organic yang tidak larut dalam air. Dapat diekstrak dari sel dan
jaringan dengan menggunakan zat pelarut non polar seperti chloroform, eter,
benzene, dan heksana. Lipida juga merupakan satu golongan senyawa tersendiri
dan seringkali bergabung dengan golongan senyawa lain seperti karbohidrat dan
protein dengan nama glikolipid atau lipoprotein.
I.
Klasifikasai
LIPIDA KOMPLEK
2.
Fungsi lipida
a.
Asam lemak
Diantara asam
lemak yang terdapat didalam alam ada dua yang sifatnya esensil bagi hewan
tingkat tinggi ( mamalia), yaitu asam linoleat dan linolenat. Tikus yang diberi
makan bebas asam-asam tersebut akan menderita sakit ( bulu-bulunya akan lepas).
Fungsi asam lemak esensil lainnya ialah precursor pada sintesa prostaglandin.
b.
Asilgliserol
Menjadi ester
dengan asam lemak, gliserol juga bisa membentuk ikatan ester dengan alkana.
c.
Fosfogliserida
Golongan senyawa
ini sering disebut gliserofosfatida. Senyawa indukknya ialah asam fosfatida
yaitu ester gliserol dengan asam fosfat. Asam ini termasuk seri L. senyawaan
golongan ini merupakan komponen utama pada membrane sel. Fosfatidil gliserol
kadang-kadang terdapat dalam membrane bakteri. Kardiolipin juga banyak terdapat
dalam membrane mitokondria bagian dalam.
d.
Sfingolipida
Senyawa ini
merupakan komponen utama pada sel tanaman maupun hewan. Banyak sekali terdapat
padaotak dan jaringan saraf. Baik sfingosindihidrosfingosin masing-masing
adalah basa penyusun sfingolipida pada mamalia sedangkan fitosfingosin terdapat
pada tanaman dan 4, 8 – sfingadiena pada ikan.
e.
Gangliosida
Senywa ini
penting untuk penerusan impuls saraf melalui sinapsis. Ikut bagian dalam
menentukan spesifikasi golongan darah, spefisitas golongan jaringan dan organ.
Selain itu juga penting dalam imunitas jaringan dan sisi pengenalan sel-sel
dalam rangla pertumbuhan dan struktur jaringan. Sel yang menderita kanker,
glikospingolipidanya berbeda dari sel normalnya. Terjadi akumulasi gangliosida
GM2 dalam otak menderita sakit tay-Sachs, yang sifatnya genetis.
f.
Lilin
Komponen utama
asam lemak yang terdapat dalam lilin ialah asam palmitat dan alcohol alifatik
beratom 26-34. Berfungsi sebagai lapisan pelindung pada kulit, sayap, daun, dan
buah.
LIPIDA SEDERHANA
a.
Terpena
Banyak diantara terpena yang dijumpai dalam
tanaman mempunyai citarasa dan aroma yang khas. Misalnya : geranfol terdapat
dalam minyak geranium, pinen dalam minyak terpentin, kamper dalam minyak
kamper. B karoten merupakn perkusor
vitamin A. karet yang trdapat dalam lateks hevea brasiliensis adalha
polisoprena. Koenzima Q dan plastokinon kedua-duanya termasuk kedalam golongan
ini yang berfunsi sebagai pengangkut electron pada fosforilasi oxidative dan
electron transport.
b.
Steroida
Senyawa golongan
ini mengandung perhidrosiklopentano fanantrena yang berasal dari sikllisasi
skualena. Sub golongan yang terpenting didalamnya adalah sterol. Contoh yang
paling penting adalah ianosterol, karena senyawa ini bergerak sebagai precursor
cholesterol dalam hewan. Cholesterol tidak larut dalam air tetapi larut dalam
eter, chloroform, benzene dan alcohol panas.
c.
Prostaglandin
Funsinya untuk
menunjukkan aktivitas hormonal atau regulator. Dalam jumlah yang kecil dapt
merendahkan tekanan darah dan memacu kontraksi jaringan tertentu.
II.
Sifat-sifat umum dan reaksi lipida
1. Penyabunan
2. Addisi
3. Ketengikan
C.
BAHAN DAN ALAT
Bahan :
-
Pereaksi Hubl.
-
Minyak kelapa.
-
Minyak kelapa tengik.
-
Asam palmitat.
-
Asam stearat.
-
Asam oleat.
-
Alcohol.
-
Indicator pp.
-
KOH 0,1 N.
-
HCl.
-
Florogloecenol.
Alat :
-
Tabung reaksi.
-
Drop pipet.
-
Pipet ukur.
-
Erlenmeyer.
-
Penangas air.
-
Penjepit.
D.
CARA KERJA
Percobaan 1 : Uji ketidak jenuhan Minyak
(Uji Jod)
1.
Menyiapkan tabung reaksi yang bersih.
2.
Menuangkan kedalam pereaksi Hubl.
3.
Menambahkan kedalamnya:
Tabung
1 : 1 tetes minyak kelapa.
Tabung
2 : 1 tetes asam palmitat.
Tabung
3 : 1 tetes asam stearat.
Tabung
4 : 1 tetes asam oleat.
4.
membandingkan perubahan warna yang terjadi.
5.
Menambahkan setetes demi setetes apabila warna
merah muda belum hilang.
6.
Mencatat berapa tetes yang dipergunakan untuk
menghilangkan warna (max 50 tetes).
Percobaan 2 : Uji Asam Lemak Bebas
1.
Menyiapkan 2 tabung erlenmeyer 250 ml yang sudah
bersih.
2.
Menuangkan pada :
Erlenmeyer
1 : 2 ml minyak kelapa.
Erlenmeyer
2 : 2 ml minyak kelapa tengik.
3.
Menambahkan kedalamnya masing-masing 50 ml
alkohol 95% netral dan 1 tetes indikator pp.
4.
Memanaskan dalam penangas air mendidih sampai
suhu kira-kira 600C.
5.
Menetesi dengan 0,1 N KOH, sehingga timbul warna
merah jingga yang bertahan selama 15 detik.
6.
Mencatat berapa kebutuhan KOH.
Percobaan 3 : Uji Hasil Oksidasi (Uji
Kreist)
1.
Meyiapkan 2 tabung reaksi yang sudah bersih.
2.
Menuangkan kedalamnya:
Tabung
1 : 2 ml minyak kelapa.
Tabung
2 : 2 ml minyak kelapa tengik.
3.
Menambahkan kedalm masin-masing tabung 2 ml
larutan 1% florogloecenol dalam eter dan 2 ml larutan HCl pekat.
4.
Menggojog dengan baik-baik larutan.
5.
Membandingkan perubahan warnanya.
DATA PENGAMATAN
Lampiran 3.
PEMBAHASAN
Percobaan 1 : Uji ketidak jenuhan
minyak (Uji Jod)
Uji ketidak
jenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji apakah termasuk asam
lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan pereaksi Iod Hubl. Iod Hubl ini
digunakan sebagai indicator perubahan. Asam
lemak tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada gugus hidrokarbonnya.
Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan timbulnya warna
merah ketika iod Hubl diteteskan ke asam lemak, lalu warna
kembali lagi ke warna awal kuning bening.Warna
merah yang kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap
pada rantai hidrokarbon asam lemak.
Pada uji ketidak jenuhan minyak ( uji
jod ) ini yang digunakan adalah minyak kelapa sawit, minyak kelapa, asam
palmitat, asam stearate dan asam oleat. Pada tabung satu setelah 38 tetes
minyak kelapa sawit diberi 1 ml larutan hubl warnanya berubah menjadi orange
2+, pada tabung 2, 1 ml larutan hubl ditambah dengan 40 tetes minyak kelapa
warna berubah menjadi coklat 2+ dan jernih, pada tabung 3, 1 ml larutan hubl
ditambah dengan 41 tetes asam palmitat warna berubah menjadi coklat 2+ dan keruh,
dan pada tabung 4, 1 ml larutan hubl ditambah dengan 42 tetes minyak asam
stearat berubah menjadi coklat 3+, dan untuk tabung 5, 1 ml larutan hubl
ditambah dengan 41 tetes minyak kelapa warna berubah menjadi bening. Jadi
setelah dilalukan percobaan, reaksi diatas negative mengalami ketidakjenuhan
asam lemak. Sifat-sifat umum dan reaksi lipida diatas tergolong dalam reaksi
addisi yang menyebabkan asam lemak tidak jenuh dapat direduksi, di hidrogenesi
dioksidasi, dan mengddisi. Disbanding dengan asam lemak jenuh maka jenis lemak
ini lebih reaktif. Banyaknya gram jod yang diaddisi oleh 100 gram lemak
dinamakan angka jod.
Percobaan
2 : Uji asam lemak bebas
Pada percobaan ini KOH yang digunakan
pada minyak kelapa sebanyak 49 tetes hingga larutan berubah warna dan antara
alcohol dengan minyak menjadi terpisah sehingga kadar asam lemak ini paling
banyak. Sedangkan pada minyak kelapa tengik digunakan 55 tetes KOH hingga warna
berubah menjadi keruh, kadar asam lemak pada uji ini paling banyak. Selain
menggunakan minyak kelapa, uji asam lemak bebas ini juga menggunakan minyak
kelapa sawit. Pada saat minyak sawit ditetesi KOH 45 tetes kadar asam lemaknya
menjadi yang paling sedikit. Dan pada minyak sawit tengik ditetesi 50 tetes KOH
sehingga kadar asam lemaknya sedang. Dalam uji asam lemak bebas, terjadi reaksi
lipida dari sifatnya, yaitu ketengikan di mana ketengikan itu akan mempengaruhi
kadar asam lemak. Rasa dan bau yang tidak menyenangkan yang timbul bilamana
minyak atau lemak disimpan disebabkan karena dua hal, yaitu hidrolisis dan
oksidasi. Pada proses yang pertama lemak atau minyak dihidrolisis menghasilkan
asam lemak bebas (ALB) dan gliserol.kecepatan hidrolisis ini dipercepat dengan
adanya jasad renik yang mungkin tumbuh dan mengeluarkan lipase atau asam. Asam
lemak yang dibebaskan, terutama yang tidak jenuh akan dioksidasi. Oksidasi itu
terjadipada ikatan rangkapyang kemudian terpecah menghasilkan aldehid, keton
dan asam-asam yang lebih rendah berat molekulnya. Darikeempat macam minyak
diatas yang cepat terhidrolisis adalh minyak yang sudah tengik, karena dibantu
oleh jasad retnik dan organisme-organisme yang mungkin hidup dalam minyak yang
telah tersimpan.
Percobaan
3 : Uji hasil oksidasi (Uji
Kreist)
Dalam percobaan ini diperoleh warna kuning dan putih
/bening pada minyak kelapa, untuk minyak kelapa tengik warna larutan
berubah menjadi kuning 3+ dan coklat bening. Sedangkan untuk minyak kelapa
sawit diperoleh warna kuning 2+ dan kuning bening, dan untuk minyak kelapa
sawit tengik diperoleh warna coklat dan ungu 2+. Adapun uji kreist (reaksi
warna dengan epihidrinaldehida) atau angka peroksida ini merupakan pengujian
untuk menentukan ketengikan oksidatif.
PENUTUP
E.
KESIMPULAN
Dari percobaan
yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada uji ketidak jenuhan minyak (uji
Jod) macam minyak yang termasuk asam lemak tidak jenuh adalah asam oleat, asam
stearat, dan asam palmitat. Karena warna larutan berubah menjadi kuning dan
kuning 4+, hal ini menunjukkan bahwa pada keempat macam minyak tersebut terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak.
Sedangkan minyak kelapa termasuk asam lemak jenuh karena warna larutan tetap.
Pada uji asam lemak bebas minyak kelapa
tengik memiliki asam lemak bebas lebih banyak daripada minyak kelapa. Hal ini
terbukti dari jumlah tetes KOH yang dibutuhkan untuk minyak kelapa tengik lebih
banyak daripada jumlah tetes KOH untuk minyak kelapa.
Pada uji hasil oksidasi (uji kreist)
minyak kelapa tengik lebih mudah teroksidasi dari pada minyak kelapa. Hal ini
terbukti dari warna minyak kelapa tengik lebih pekat yaitu coklat dan ungu 2+
daripada minyak kelapa yang menjadi berwarna kuning dan bening.
F.
DAFTAR PUSTAKA
-
Christiningsih MS, Ir. Rosanna. 2011. PETUNJUK PRAKTIKUM BIOKIMIA, Fakultas
Pertanian UST, Yogyakarta.
-
Martoharsono, Ir. Soeharsono dan Drs. Mulyono
Apt.1978. Petunjuk Praktika Biokimia, team pengelola kuliah dan praktika
biokimia universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
1.4.
Bagian ke empat
LAPORAN
PRAKTIKUM BIOKIMIA
ACARA IV
UJI
KUALITATIF ENZIM
Dosen Pengampu: Ir. Rosanna Christiningsih,
MS.
Selasa, 4 Desember 2012
PENDAHULUAN
A. TUJUAN
Untuk mengetahui sifat-sifat enzim secara
kualitatif.
B. DASAR TEORI
Enzim adalah protein yang disintesa oleh sel hidup yang
berfungsi mengkatalisa jenis reaksi kimai tertentu yang terjadi didlam dan
diluar sel yang menghasilkannya. Berdasarkan hal itu maka enzima juga dinamakan
sebagai bikatalisator. Oleh karena kelompok , jenis dan macam reaksi yang
berlangsung didalam maupun diluar sel itu banyak sekali, maka enzim yang
mengkatalisa reaksi-reaksi tersebut diatas, jenis serta jumlahnya tak terhingga
banyaknya. Kelompok reaksi yang disebut diatas ialah : oksidasirededuksi (
oksred ), transfer atau pemindahan, hidrolisis, lisi, isomerisasi dan ligase.
Sebagaimana halnya protein pada umumnya maka aktivitas katalis enzim antara
laindipengaruhi oleh pH, suhu dan substrat maupun enzima itu sendiri. Beberapa
percobaan untuk mengetahui sifat-sifat ensim yaitu degradasi tepung oleh enzim diastase,
pengaruh panas terhadap aktivitas diatase, dan pengujian amilase dari kecambah.
C. ALAT DAN BAHAN
Bahan
:
-
Amillum
1%
-
Asam
atau basa (buffer)
-
Diastase
-
Jodium
0,01 N
-
Dekstrin
-
Glikogen
-
Benedict
Reagen
-
Biji
kacang hijau
-
Taoge
-
Aquades
Alat
:
-
Tabung
reaksi
-
Lempeng
porselin
-
Penangas
air
-
Kain
saring
-
Mortal
D. CARA KERJA
Percobaan
1 : Degradasi Tepung Oleh Enzim Diastase
1. Menyiapkan 3 tabung reaksi yang sudah bersih.
2. Memasukkan kedalam masing-masing tabung 2
ml amilum 1%.
3. Mengatur pH nya dengan menambah asam atau
basa (buffer) pada :
Tabung 1 : pH = 4
Tabung 2 : pH = 6
Tabung 3 : pH = 8
4. Kemudian memasukkan pada tiap-tiap tabung 1
ml diatase.
5. Dan memanaskannya pada penangas air dengan
suhu 400C.
6. Setiap 3 menit, mengamati tabung 1, 2, dan
3 dengan cara mengambil 1 tetes larutan tersebut. Dan meneteskannya ke lempeng
porselin dan menambahkan 1 tetes larutan 0,01 N jodium.
7. Mencatat perubahan warna yang terjadi.
8. Membandingkan warnanya (ambil 1 tabung
lagi)
Amilum ditambah
jodium
Dekstrin ditambah
jodium
Glikogen ditambah
jodium
9. Mengetes hasil akhir tabung 1, 2, dan 3
dengan Benedict reagen. (diatase bermanfaat atau tidak)
Percobaan
2 : Pengaruh Panas Terhadap Aktivitas Diatase
1. Menyiapkan 6 tabung reaksi yang sudah
bersih.
2. Masing- masing diisi dengan amilum 1%
sebanyak 2 ml dan larutan diatase 2 ml pada masing- masing tabung.
3. Siapkan penangas air pada suhu 400C
dan 1000C.
Tabung 1 dan 2
dipanaskan pada suhu 400C selama 30 menit.
Tabung 3 dan 4
dipanaskan pada suhu 1000C selama 10 menit.
Tabung 5 dan 6
dipanaskan dibiarkan pada suhu kamar selama 30 menit.
4. Kemudian masing-masing ditambah kurang
lebih 1 ml Jod 0,01 N.
5. Amati perbedaan warna yang terjadi.
Percobaan
3 : Pengujian Amilase dari Kecambah
1. Siapkan 3 macam bahan (biji kacang hijau
dan taoge) masing-masing 5 gram, hancurkan dengan mortar.
2. Tambahkan aquades 20 ml kemudian disaring
dengan kain saring.
3. Siapkan 4 tabung reaksi yang sudah bersih.
4. Masukkan kedalamnya masing-masing 3 ml
amilum 1%, atur pH nya dengan menambahkan asam atau basa (buffer) sehingga pH =
6,0.
5. Pada tabung 1 dan 2 ditambah masing-masing
1 ml ekstrak kacang hijau.
6. Pada tabung 3 dan 4 ditambah masing-masing
1 ml ekstrak tauge.
7. Panaskan pada suhu 400C dalam penangas air.
8. Pada menit ke 0 dan ke 20 diambil 1 tetes
bahan tersebut dalam lempeng porselin dan ditambahkan 1 tetes larutan Jod 0,01
N.
9. Catat perubahan-perubahan yang terjadi.
DATA
PENGAMATAN
Lampiran
1.4.
PEMBAHASAN
Percobaan
1 : Degradasi Tepung Oleh Enzim Diastase
Pada percobaan
degradasi tepung oleh enzim diastase, larutan amilum dengan pH 4, 6, dan 8
ditambahkan dengan larutan diastase kemudian dipanaskan pada suhu 400C.
Selama pemanasan tiap 3 menit sampai menit ke-9 masing-masing larutan diambil 1
tetes untuk diuji dengan larutan Jod. Dari perlakuan tersebut terjadi perubahan
warna yang berbeda pada masing-masing larutan. Warna larutan amilum dengan pH 4
menjadi jernih 3+, kuning 1+ dan kuning 4+. Untuk larutan amilum dengan pH 6
warna larutan menjadi jernih 2+, kuning 2+, dan kuning 5+. Sedangkan untuk
larutan amilum dengan pH 8 warna larutan menjadi jernih 1+, kuning 3+ dan
kuning 6+. Penggunaan ensim
diastase ditujukan untuk menghidrolisis atau mendegradasi amilum yang digunakan
sebagai bahan pokok pengujian. Percobaan ini untuk menguji kemampuan ensim
diastase dalam melakukan degradasi tepung (amilum). Perbedaaan perubahan warna
yang terjadi pada masing-masing larutan disebabkan karena aktifitas ensim
diastase yang dipengaruhi oleh pH.
Sebagai pembanding, 1
tetes larutan amilum, dekstrin, dan glikogen pada cawan porselin ditambahkan 1
tetes Jod 0,01N. Sehingga pada larutan amilum menjadi berwarna biru doker,
dekstrin berubah menjadi bening, dan glikogen berubah menjadi kuning.
Percobaan 2 : Pengaruh Panas
Terhadap Aktivitas Diatase
Pada percobaan 2
larutan amilum ditambah dengan larutan diastase kemudian dipanaskan pada 3 suhu
yang berbeda yaitu tabung 1 dan 2 dengan
suhu 400C selama 30 menit, tabung 3 dan 4 pada suhu 1000C
selama 10 menit, dan tabung 5 dan 6 dengan suhu kamar. Sebelum pemanasan
ditambah yod rata-rata semua larutan memiliki warna yang sama yaitu putih,
keruh. Dan setelah pemanasan rata-rata warna larutan sama juga yaitu kuning
dengan kepekatan berbeda-beda, namun untuk larutan pada suhu 1000C tidak
terdapat endapan. Perubahan hasil warna
yang berbeda antara larutan pada tabung 1 dan 2, tabung 3 dan 4, serta tabung 5
dan 6 disebabkan karena diberi perlakuan suhu yang berbeda-beda.
Percobaan
3 : Pengujian Amilase dari Kecambah
Pada percobaan 3 yaitu pengujian amylase dari kecambah
dilakukan dengan menghaluskan 5 gram biji kacang hijau dan 5 gram taoge dengan
mortar. Kemudian ditambahkan 20 ml aquades yang kemudian disaring dengan kain
saring ke dalam erlenmeyer. Kemudian dengan menyediakan 4 tabung reaksi yang
diisikan masing-masing 3 ml amilum 1% yang sudah diatur pHnya menjadi 6, pada
tabung 1 dan 2 ditambah 1 ml ekstrak kacang hijau, sedangkan pada tabung 3 dan
4 ditambah 1 ml ekstrak taoge yang kemudian dipanaskan dalam suhu 400C.
Pada menit ke-0 larutan pada masing-masing tabung diambil 1 tetes yang kemudian
diteteskan pada lempeng porselin dan ditambahkan larutan jod. Warna yang
dihasilkan pada tabung 1 dan 2 adalah hijau, dan pada tabung 3 dan 4 warna yang
dihasilkan kuning dan abu-abu.
Pada
menit ke-20 dengan cara yang sama pada ke 4 tabung terjadi perubahan warna.
Yaitu warna kuning dengan kepekatan yangberbeda-beda. Untuk tabung 1 dan 2
larutan secara berturut-turut berwarna kuning 2+ dan 3+, sedangkan pada tabung
3 dan 4 larutan berwarna kuning dan kuning 4+.
Adanya Kesalahan dapat terjadi pada pembuatan filtrat atau
dalam meneteskan larutan Jod sehingga berpengaruh pada warna larutan yang tetap
sama atau tidak terjadi perubahan warna.
PENUTUP
E. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa aktivitas ensim dipengaruhi oleh beberapa hal
yaitu pH dan suhu. Dari percobaan 1
diketahui bahwa ensim diastase dapat mendegradasi amilum dan bekerja secara
optimal pada pH netral. Selain itu aktivitas ensim juga dipengaruhi oleh suhu
dari percobaan 2 dapat diketahui bahwa ensim dapat bekerja optimal pada suhu
kamar sampai suhu 400C.
Aktivitas
ensim amilase pada taoge lebih besar dari pada aktivitas amilase pada kacang
hijau.
F. DAFTAR PUSTAKA
-
Christiningsih MS, Ir. Rosanna. 2011. PETUNJUK PRAKTIKUM BIOKIMIA, Fakultas
Pertanian UST, Yogyakarta.
-
Martoharsono, Ir. Soeharsono dan Drs. Mulyono
Apt.1978. Petunjuk Praktika Biokimia, team pengelola kuliah dan praktika
biokimia universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.