LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI
Dosen
Pengampu: Ir. Yekti
Maryani, MS.
Disusun
Oleh:
Devriany Ananja Putri
Danis Dwi Haryani
Oktavianus Muliadi
|
Agribisnis
Agroteknologi
Agroteknologi
|
11010015
11009007
12009030
|
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Assalamual’aikum
Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur
kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat dan Hidayah-Nya
serta kesempatan, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Dasar-dasar Agronomi ini
dengan lancar. Pembuatan
laporan praktikum Dasar-dasar
Agronomi
merupakan salah satu tugas kelompok yang bertujuan dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa Fakultas Pertanian
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa terhadap mata kuliah Dasar-dasar Agronomi.
Terimakasih saya ucapkan kepada :
1.
Ir. Yekti Maryani, MS. Sebagai
dosen pengampu mata kuliah Dasar-dasar Agronomi yang telah membimbing
dan mendampingi kami dalam proses
pembelajaran baik di. Kelas maupun di laboratorium.
2.
Mas Puji Waluyo, sebagai Co. Ass yang telah membantu kita
menyelesaikan praktikum.
3.
Untuk
kedua orangtua yang tiada henti memotivasi dan mendoakan putra-putrinya, dan
4.
Kepada
rekan-rekan seangkatan yang telah memotivasi kami untuk menyelesaikan laporan
praktikum Dasar-dasar Agronomi ini.
Laporan praktikum ini belum sempurna karena masih
banyak kekurangan, baik dalam hal materi, pembahasan ataupun sistematika dan
teknik penulisannya. Oleh sebab itu, saya sangat mengharapkan kritik dan
sarannya yang bersifat membangun dalam penyempurnaaan laporan praktikum Dasar-dasar
Agronomi ini. Semoga laporan praktikum Dasar-dasar Agronomi ini dapat memberikan
manfaat khususnya bagi kelompok kami dan umumnya bagi pembaca. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.
Wb.
Yogyakarta,
Januari 2013
Penulis
|
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pendahuluan
Laporan acara I
Lapran Acara II
Laporan Acara III
ACARA I
PENGARUH KEDALAMAN TANAH TERHADAP
PERKECAMBAHAN BENIH DAN PERTUMBUHAN BIBIT
I.
Tinjauan
Pustaka
Perkecambahan
merupakan permulaan proses tumbuhnya embrio yang sebelumnya dalam keadaan
istirahat. Biji akan berkecambah apabila syarat yang dibutuhkan untuk
perkecambahan terpenuhi. Meskipun demikian perkecambahan biji tersebut sering
kali mangalami hambatan yang disebabkan oleh faktor dalam (keadaan biji itu
sendiri) maupun faktor luar (antara lain adanya air, oksigen, cahaya, suhu)
yang tidak sesuai.
Tanah
merupakan suatu sistem komplek yang terdiri dari 4 komponen: batu-batuan
(mineral) bahan organik, air dan zat yang larut serta jumlah didalam tanah
sangat bervariasi. Begitu juga keadaan udaranya. Dimana keadaan ini dapat
dikatakan berlebihan dengan keadaan udara. Berbeda dengan keadaan udara didalam
tanah, komposisi udara didalam tanah bervariasi. Semakin kedalam maka kandungan
O2 pun semakin rendah namun
kandungan CO2 semakin tinggi. Kekurangan O2 didalam tanah ini tidak dapat diganti dengan
segera karena berada diruang sinambung. Disamping itu didalam tanah
bermacam-macam organisme seperti: bakteri, jamur, cacing, dll, semua organisme
ini secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap
perkecambahan benih dan pertumbuhan biji terancam.
Perkecambahan
yang berhasil baik yang biasanya hanya terjadi pada kedalaman tanah tertentu.
Beberapa jenis tanaman tertentu mampu tumbuh apabila tanaman berkecambah pada
permukaan tanah, tetapi yang berguna sebagai pedoman adalah biji-biji tanaman
tersebut sebaiknya ditutup dengan tanah untuk menyesuaikan dengan keadaan
sekitarnya dan mencegah gangguan binatang. Penanaman benih yang terlalu dalam
akan menyebabkan bibit tumbuh dalam keadaan lemah.
II. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengaruh
kedalaman tanah terhadap prosentase perkecambahan benih
2.
Untuk mengetahui pengaruh
kedalaman tanah terhadap pertumbuhan bibit
3.
Untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara kedalaman tanah dengan ukuran biji
III. Persiapan
Bahan:
·
Biji kacang hijau
·
Tanah
·
Polibag
Alat
:
·
Cethok
·
Penggaris
·
Timbangan
IV. Cara Kerja
1.
Mengisi 6 polibag dengan tanah
yang sama banyaknya kemudian ratakan kurang lebih 2cm didalam permukaan polibag
2.
Membasahi tanah dengan air hingga
kapasitas lapang
3.
Menanam biji kacang hijau tadi
sesuai dengan kedalaman tanamnya yaitu 5 cm, 10 cm dan 15 cm dari permukaan
tanah
V. Data Pengamatan
Diamati
biji yang berkecambah tiap hari secara komulatif. Biji yang sudah tumbuh
dibiarkan untuk diamati pertumbuhannya yaitu dengan menghitung jumlah daun dan
mengukur tinggi tanaman.
Kedalaman tanam
|
Tinggi
|
Jumlah Daun
|
A
|
B
|
C
|
A
|
B
|
C
|
5
|
30
|
24.6
|
26
|
8
|
8
|
8
|
10
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
15
|
16.5
|
16.3
|
25
|
8
|
8
|
8
|
VI. Perhitungan
· Menghitung
presentase benih yang berkecambah dan muncul pada permukaan tanah
· Membuat
grafik hubungan antara presentase benih yang berkecambah dengan kedalaman tanah
· Kesimpulan
VII.
Daftar
Pustaka
Croker, W. 1953. Phisologi of seeds
Kramer, 1969. Plant and soil water relationship
Weaves and fciements. 1977. Plant Ecology
ACARA II
PENGARUH KERAPATAN SEBAR BENIH TERHADAP KUALITAS BIBIT PADI
I. Tinjauan Pustaka
Penanaman
padi secara pemindahan bibit (transplanting) memerlukan adanya peningkatan
kesehatan bibit selama dipersemaian bibit yang sehat dan kualitasnya baik akan
dapat menyesuaikan dengan keadaan lapang (tempat penanaman) lebih baik, dan ini
juga dapat mempengaruhi pertumbuhan padi muda selanjutnya.
Pada
umumnya para petani menggunakan benih yang lebih banyak daripada yang
dianjurkan. Sedangkan luas persemaian yang digunakan lebih sempit dari yang
seharusnya, sehingga kerapatan sebarnya lebih tinggi. Bibit yang diameternya
terlalu rapat, kebutuhan cahaya tiap bibit tidak terpenuhi sehingga tidak akan
tumbuh sangat panjang, kurus dan lemah. Tanaman yang menunjukkan kenampakan
seperti ini akan dikatakan etiolasi. Bibit yang kurus ini disebabkan pula oleh
adanya persaingan antar individu bibit itu sendiri didalam membutuhkan unsur
hara untuk pertumbuhannya.
Jumlah
benih dianjurkan kurang lebih 25 kg/ha, sedangkan kerapatan sebarnya 75 gram/m2.
II. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengaruh
kerapatan sebar terhadap kualitas benih padi
2.
Untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara kualitas bibit padi dengan berat keringnya
III.
Persiapan
Bahan:
·
Biji padi
·
Tanah
Alat:
·
Polibag
·
Penggaris
IV. Cara Kerja
Menyiapkan
9 buah polibag yang berdiameter sama yang kemudian diisi dengan tanah yang
beratnya sama pula, menambahkan air hingga kapasitas lapang. Benih padi
disemaikan pada tiap-tiap polibag dengan kerapatan sebar 100 gr/m2,
75 gr/m2 dan 50 gr/m2. Bibit dipelihara agar
pertumbuhannya tidak mengalami gangguan.
V. Pengamatan
Pengamatan
dilakukan setiap 2 hari sekali sampai bibit berumur 21 hari. Setelah berumur 21
hari dicatat mengenai:
1.
Jumlah daun
2.
Tinggi bibit
3.
Jumlah anakan
Pengamatan
dilakukan dengan mengambil 5 contoh bibit secara acak pada masing-masing
perlakuan. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kualitas dengan berat
kering bibit, maka 5 contoh bibit dari masing-masing contoh tersebut dioven
sampai beratnya tetap.
Dalam
penilaian kualitas bibit, Numata 1971 cit. Muhammad Soerjani, 1974 menyarankan
penggunaan ukuran relative, yaitu Summed growth ratio (SGR) tanaman:
%
Dimana:
L’ = ratio of the number of leaves
T’ = ratio of the
number of tillers
H’ = raio of the
number of height
Dari
hasil perhitungan apabila SGR suatu bibit lebih tinggi maka bibit tersebut
mempunyai kualitas yang lebih baik daripada yang lainnya.
VI.
Data
Pengamatan
Kerapaatan Sebar
|
L
|
T
|
H
|
2
|
4
|
20
|
0.05
|
3
|
6
|
15
|
0.09
|
4
|
6
|
15
|
0.05
|
VII.
Perhitungan
1.
Menghitung dan membandingkan SGR
masing-masing pada perlakuan
%
Diketahui :
L2
: 4
|
T2
: 20
|
H2
: 0.05
|
L3
: 6
|
T3
: 15
|
H3
: 0.09
|
L4
: 6
|
T4
: 15
|
H4
: 0.05
|
Ditanyakan :
SGR2, SGR3, SGR4 …….?
Penyelesaian :
L2 ‘ : 4/16 x 100% = 25 %
L3 ‘ : 6/16 x 100% = 37.5%
L4 ‘ : 6/16 x 100% = 37.5%
T2 ‘ : 20/50 x 100% = 40%
T3 ‘ : 15/50 x 100% = 30%
T4 ‘ : 15/50 x 100% = 30%
H2 ‘ : 0.05/0.19 x 100% = 26.32%
H3 ‘ : 0.09/0.19 x 100% = 47.37%
H4 ‘ : 0.05/0.19 x 100% = 26.32%
SGR2 :
(L2 ‘ + T2 ‘ + H2
‘) ÷ 3
: (25%
+ 40% + 26.32%) ÷ 3
:
30.44%
SGR3 : (L3 ‘ + T3 ‘ + H3 ‘) ÷ 3
: (37.5%
+ 30% + 47.37%) ÷ 3
:
38.29%
SGR4 :
(L4 ‘ + T4 ‘ + H4
‘) ÷ 3
:
(37.5% + 30% + 26.32%) ÷ 3
:
31.27%
Pembahasan
Kesimpulan
ACARA III
PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF STEK
I.
Tinjauan
Pustaka
Stek merupakan cara memperoleh
tanaman dengan sebagian batang, sehelai daun, sepotong daun atau akar yang
disiapkan/diambil dari tanaman induk.
Banyak penelitian yang telah
dilakukan untuk memprlihatkan tenteng penggunaan zat kimia tertentu untuk
merangsang pertumbuhan akar pada stek. Beberapa zat kimia yang telah dicoba
antara lain: Indol Acetic Acid (IAA), Indol Butyric Acid (IBA), Napthalena
Acetid Acid (NAA). Bahan kimia ini tidak hanya membantu mempercepat penyembuhan
luka dan memproduksi akar, tetapi juga mempercepat perkembangan dan
memperbanyak jumlah akar. Penggunaan pengatur tumbuh harus dengan konsentrasi
optimum yang berbeda. Untuk memudahkan pengaturan ini maka digunakan roton F
yang bahan aktifnya berupa IBA dengan dosis berupa tepung atau bubuk, dapat
digunakan secara langsung atau dapat digunakan sebagai cairan larutan.
Adapun prinsip penurusan atau
penyetekan adalah mengaktifkan pembelahan sel-sel jaringan basal turus agar
tesbentuk khalus yang pada akhir nya khalus akan berkembang menjadi akar,
kelebihan cara stek yaitu kita bisa mendapatkan tanaman dalam jumlah yang besar
dalam waktu yang relative singkat. Hal ini disebabkan dalam pohon dapat
diperoleh beratus-ratus bahan materi stek dan juga dengan penggunaan hormone
perangsang perakaran, kita dapatkan perakaran baru yang lebih cepat.
II.
Tujuan
Untuk mendapatkan tanaman yang
mempunyai sifat-sifat yang sama dengan induknya.
III. Persiapan
Bahan:
Alat:
·
Gunting tanaman
·
Pisau
IV. Cara Kerja
Cara kerja perbanyakan stek
meliputi pemilihan turus dari tunas/cabang wiwilan yang berwarna hijau
kecoklatan yang berdiameter sebesar pensil, potong turus atau stek tersebut dan
usahakan luka basal sekecil mungkin atau dipotong miring agar permukaannya
lebih luas sehingga keluarnya akar lebih banyak. Segera setelah dipotong satu
ruas, 2 ruas, 3 ruas (kurang lebih 15 cm) basal turus atau stek dicelupkan pada
zat pengatur tumbuh yang telah disiapkan sebelumnya (kurang lebih 5 detik
sebelumnya). Kering angin sebentar agar larutan bisa meresap pada basal stek,
baru kemudian ditanam pada media pasir sedih yang telah dilubangi lebih dahulu
(agar basal stek tidak busuk dan larutan tidak hilang) dengan jarak tanam 5-10
cm.
V.
Pengamatan
1.
Pengamatan dilakukan setiap satu
minggu selama dua bulan
2.
Memberi kesimpulan dan pembahasan
apabila ada perlakuan tidak jadi berilah kemungkinan-kemungkinan yang
menyebabkan.
ACARA IV
PERBANYAKAN TANAMAN SECARA
VEGETATIF SAMBUNG DAN TEMPEL
I.
Tinjauan
Pustaka
Grafting merupakan salah satu
cara untuk memperbanyak tanaman dengan jalan memersatukan (menyambung,
menempel) 2 bagian tanaman sehingga melekat satu sama lain dan tumbuh merupakan
satu tanaman. Bagian atas dari tanaman yang baru (bagian yang
disambungkan/ditempelkan) disebut scion, sedangkan bagian bawah disebut stock
atau understam atau batang bawah. Apabila scion merupakan budding (menempel,
okulasi). Dengan eting-eting dan budding atau penyambungan dan okulasi ini maka
tanaman yang baru akan memiliki sifat-sifat campuran dari kedua induknya, oleh
karena itu penyambungan dan okulasi dapat dipergunakan antara lain untuk:
a)
Mempertahankan sifat-sifat klon
suatu tanaman yang tidak mudah dikembangkan dengan stek, layering atau
perkembangbiakan aseksual/vegetative yang lain
b)
Memperoleh sifat-sifat baik dari
kedua induknya
c)
Memperoleh bentuk pertumbuhan
tanaman tertentu
d)
Memperoleh keuntungan tertentu
dari stock, misalnya berakar kuat, dalam, tahan terhadap hama atau penyakit,
dan sebagainya
e)
Memperbaiki kerusakan-kerusakan
bagian tanaman
f)
Mempelajari penyakit yang
disebabkan oleh virus
Berhasil atau tidaknya
penyambungan dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
1.
Penyesuaian antara dua bagian
tanaman pokok (incompatibilitas)
2.
Temperatur dan kelembaban
3.
Aktivitas petumbuhan stock
4.
Teknik pekerjaan
5.
Kontaminasi virus, hama,
penyakit, selama dilakukan penyambungan/eting dan okulasi
Tidak semua tanaman dapat
disambung atau diokulasi dengan mudah. Pada umumnya terbatas pada
tanaman-tanaman dikotil saja.
Hal ini disebabkan karena untuk
berhasilnya dari okulasi diperlukan adanya jaringan khalus yang dihasilkan
didekat daerah kambium dari kedua bagian tanaman yang disambungkan tersebut.
Oleh karena itu dalam menggabungkan dua
Anonim, 2009. www.3orchid.com.
Diakses pada hari Rabu tanggal 22 Juni 2011 pada pukul 19.00 WIB.
Foth, Henry
D. 2006. Fundamentals of Soil Science, Sixth Edition. Erlangga.
Jakarta
Hidajat, A. 2000. Pedoman Bertani di
Rumah Kaca. Vol V. Erlangga. Jakarta.
Kristina. D.
1996. Budidaya Pertanian. Jurnal Tropika.
Sutomo,
Hadi. 2005. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. UGM Press.
Yogyakarta
Subroto, H.
dan Awang Yusrani. 2005. Kesuburan dan Pemanfaatan Tanah. Bayumedia
Publishing. Malang.
Sumiati. 2000. Bahan Kuliah Pengantar Agronomi.
Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi. Bogor.